Uni Eropa Dukung Aceh Jalankan Progam Perubahan Iklim

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah menyambut baik dukungan Uni Eropa dalam memperkuat keberhasilan program perubahan iklim (Climate Change Program). Zaini Abdullah juga menyampaikan terimakasih atas kontribusi besar Uni Eropa dalam membangun kembali Aceh pasca tsunami dan konflik.

“Thanks you for visiting Aceh, hope you have a nice traveling and can see the progress of Aceh development in post tsunami and post conflict,”ujar Zaini Abdullah. Hal itu disampaikannya usai menggelar jamuan makan malam dengan delegasi Uni Eropa di Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Selasa (14/4) malam. Hadir dalam kesempatan itu, Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar, Dr Humam Hamid, para Asisten Sekda Aceh, Inspektur Aceh Syahrul Badruddin, Tim Asistensi Gubernur Aceh Fahrulsyah Mega, Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh HM Ali Alfata, jajaran SKPA dan tamu undangan lainnya.

Kunjungan perwakilan tinggi tim Uni Eropa ke Tanah Rencong kali ini adalah membicarakan hasil studi tata ruang Aceh dan program perubahan iklim (Climate Change Program) yang pernah dibahas antara Pemerintah Aceh dan Duta Besar Uni Eropa dalam sebuah pertemuan pada Juni tahun lalu. Isu lingkungan merupakan salah satu program prioritas yang dijalankan Pemerintah Aceh saat ini, jelas Gubernur.

Zaini Abdullah menceritakan, dalam sebuah pertemuan di Banda Aceh Juni tahun lalu, Duta Besar Uni Eropa, Mr Olof Skoog telah menyatakan dukungannya untuk memperkuat program lingkungan di Aceh.  Pada pertemuan itu, ungkap Zaini, juga membahas pembentukan tim studi yang didanai Uni Eropa, untuk melakukan penelitian tentang Rencana Tata Ruang Aceh.

“Kami  tentu saja menyambut dengan tangan terbuka rencana studi tersebut.  harapan kami, hasil studi itu bisa menjadi masukan bagi kami dalam menjalankan program lingkungan di masa depan,” pungkasnya.

Sejalan dengan studi  Tata Ruang  itu, Uni Eropa juga mendukung langkah Pemerintah Aceh dalam menjalankan program Climate Change atau program perubahan iklim.  Sayangnya, implementasi program Climate Change ini masih tertunda karena alasan administrasi di tingkat pusat. “namun begitu, keterlambatan program ini bukan menjadi penghalang bagi Pemerintah Aceh untuk tetap melanjutkan komitmen pelestarian lingkungan,”kata Zaini, menjelaskan.

Ditegaskan Gubernur, ada atau tidak ada dukungan lembaga donor, masalah lingkungan tetap menjadi perhatian Pemerintah Aceh. Tapi jika ada dukungan donor, tentu saja daya dorong program ini akan lebih kuat. Dalam pertemuan itu

Pria yang akrab disapa Doto Zaini ini juga memaparkan strategi menjalankan program pelestarian lingkungan di Aceh. “Ada 4 strategi yang kita dijalankan yaitu, pengendalian kerusakan lingkungan melalui reforestrasi, penurunan beban pencemaran, meningkatkan kapasitas pengelolaan SDA dan antisipasi terhadap potensi bencana,”terang Doto Zaini.

Untuk memperkuat strategi itu, jelasnya lagi, Pemerintah Aceh telah menerbitkan sejumlah kebijakan, antara lain, moratorium logging melalui Instruksi Gubernur Nomor 05 tahun 2007, Qanun Nomor  2 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pergub Aceh Nomor  85 tahun 2012  tentang Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Moratorium pemberian izin penambangan mineral di wilayah pesisir (Intruksi Gub No 06/2013), Penyiapan Dokumen Strategi Rencana Aksi Propinsi REDD di Aceh dan Moratorium izin usaha pertambangan mineral logam dan batubara sebagaimana tertuang dalam Instruksi Gubernur Nomor  11 tahun 2014.

Tidak hanya itu saja, Pemerintah Aceh juga konsisten menjalankan program rehabilitasi dan konservasi  lahan dan menjalin kerjasama dengan Badan Pengelola REDD+  dan lembaga donor untuk berbagai program pelestarian hutan Aceh. Menurut Doto Zaini, soal studi Rencana Tata Ruang itu kabarnya sudah selesai dan menunggu penyampaian hasil dari tim Uni Eropa. Hanya program Climate Change yang masih tertunda karena alasan administrasi di tingkat pusat. Ia berharap, Pemerintah Pusat mendukung kerjasama yang dibangun Aceh dalam menjalankan program perubahan iklim ini.

Mr Franck: Aceh ada dalam hati Uni Eropa

Head of Development Cooperation Uni Eropa, Franck Viault mengatakan bahwa Aceh sangat dekat dengan Uni Eropa dan juga dengan Masyarakat Eropa. “Oleh sebab itu saya dan sahabat saya sangat senang berada di Aceh,” kata Franck.

“Kami sangat bangga dengan Aceh yang memiliki sumber daya alam yang masih tersimpan dan dijaga dengan baik. Kita sangat mengetahui bahwa Lauser merupakan ekosistem yang sangat dikenal oleh dunia,” tambahnya.

Lebih lanjut Franck menuturkan, sasaran utama kehadiran mereka ke bumi tanah rencong adalah untuk memberikan dukungan nyata terhadap upaya perlindungan hutan di Aceh dalam proyeksi jangka panjang. Ia juga mengaku kagum dengan kekayaan hutan di Serambi Mekkah ini. “dengan kehadiran kami, kami menjadi lebih mengetahui bahwa Aceh sangat kaya dengan flora dan fauna. Kajian tata ruang ini diharapkan bisa memberikan bantuan untuk Aceh dalam merivisi tata ruang sehingga menjadi lebih bermanfaat,”pungkasnya.

UE, kata Franck, telah mengambil bagian dalam tahapan proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca Tsunami, terutama dalam segi perencanaan. Selain itu, Uni Eropa juga akan membantu pembangunan Aceh di sektor lainnya seperti managemen pengelolaan keuangan publik, sector pendidikan, sektor kesehatan, penguatan perdamaian dan lain sebagainya.

“Mungkin bantuan kami saat ini tidak sebesar dulu, namun saat ini Uni Eropa membantu Aceh dalam segi perencanaan yang nantinya akan berguna bagi generasi Aceh mendatang. Menjaga perdamaian dan keharmonisan merupakan tugas pokok pemerintah Aceh, kita akan terus membantu Aceh dalam berbagai hal demi kesejahteraan Aceh dan akan juga memberitahukan kepada dunia,”ungkap mantan kepala bagian kerjasama Uni Eropa itu.

Menurut Program Manager (Environment, Climate Change, FLEGT-VPA) Operations Section Uni Eropa, Mr Giovanni Serritella, bahwa Aceh dan Uni Eropa sudah lama menjalin kerjasama dan mempererat persabatan. Ia juga menuturkan, keberhasilan studi terkait rencana tata ruang Aceh berkat dukungan dan bantuan semua pihak termasuk dua tenaga ahli yaitu, Prof. Zainal Abidin dan Dr. Abdullah Syahrul. “Kita mengharapkan Gubernur memberikan dukungan kepada kami untuk menjalankan tugas tugas selanjutnya,” pinta Giovanni, yang turut didampingi Deputi of Finance Uni Eropa, Mrs. Marja Daffem.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads