Gubernur Aceh Zaini Abdullah, menghadiri sekaligus membuka acara Wokshop (seminar) dan Pelantikan Pengurus Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Wilayah Pidie Jaya, di Ma’had Darul Munawarrah Kuta Krueng Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya.
Kehadiran Gubernur Zaini, yang didampingi Kapolda Aceh Irjen Pol H Husein Hamidi dan Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto, disambut oleh ulama karismatik Aceh, Tgk Haji Usman (Abu Kuta Krueng) yang kemudian di Peusijuek di Dayah tersebut.
Zaini Abdullah menyebutkan keberadaan HUDAakan sangat bermakna, ketika himpunan ini dapat berfungsi sebagai mitra dan sekaligus tempat konsultasi bagi Pemerintah dalam menata pembangunan masyarakat Aceh yang lebih adil, sejahtera, mandiri dan bermartabat.
“Ulama menduduki posisi penting dalam masyarakat Aceh dan umat Islam. Ulama tidak hanya sebagai figur ilmuwan yang menguasai dan memahami ajaran agama Islam, tetapi juga sebagai penggerak, motivator dan dinamisator masyarakat ke arah yang lebih baik,”tandasnya.
Lebih lanjut Gubernur mengatakan, peran ulama di era modern ini bukan hanya pada aspek ibadah mahdhah, memberikan fatwa atau berdoa saja, tetapi juga memberi kontribusi dalam berbagai bidang pembangunan masyarakat seperti bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain yang sesuai dengan ajaran Islam.
Tuntutan masyarakat yang cukup kompleks, sebut Zaini, mengharuskan para ulama meningkatkan kapasitas diri, tidak hanya dalam studi-studi keagamaan klasik (at-turas al-islamiyah), tetapi juga memiliki kemampuan yang cukup memadai dalam memahami dan menyelesaikan problematika sosial keagamaan pada masyarakat modern. “Bila para ulama di abad modern memiliki kemampuan seperti ini, maka akan mampu mengambalikan citra ulama sebagai waratsatul anbiya’i, yaitu ahli waris para Nabi,” pungkasnya.
Dalam kontek sejarah Aceh, ungkap Doto Zaini, ulama dan umara itu bagaikan sekeping mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ia juga mengajak para Ulama Dayah untuk mengambil peran dalam memimpin Aceh, “Lon akan lon piyoeh bak akhir periode nyoe. Lon akan mengakhiri Pemerintah nyoe beugot. Beuna manfaat bagi rakyat Aceh,”kata Zaini Abdullah.
Dihadapan ratusan teungku dan abu ulama dayah, Gubernur juga kembali menyatakan tekatnya untuk memperjuangkan realisasi MoU Helsinki dan turunan UUPA, sebab untuk membangun Aceh harus memiliki alat berupa undang-undang dan berbagai aturan lainnya, “Dalam sisa 2,5 tahun lagi pemerintah saya, ulama harus bersatu dengan umara. Dan saya siap untuk diajak diskusi apapun dengan ulama Aceh. Kedepan perlu generasi bermental baik, dan berakhlak mulia yang memimpin Aceh yaitu orang yang berhati ikhlas bukan orang yang suka memperkaya diri, dan berpoya-poya,” pungkasnya.