Kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh mendesak kepolisian mengungkap kasus pembunuhan Prof Safwan Idris, mantan rektor perguruan tinggi negeri tersebut, yang terjadi 14 tahun silam.
Desakan disampaikan tiga puluhan mahasiswa UIN Ar Raniry dalam aksi damai di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Selasa. Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa mengusung spanduk bertuliskan “Aparat tidak boleh diam”, “Usut tuntas pembunuhan ayahanda kami”. Selain itu, massa juga mengusung poster bertuliskan “Dimana keadilan.
Pada unjuk rasa tersebut, mahasiswa tidak menggelar orasi. Namun mahasiswa membagi-bagikan bunga kepada pengguna jalan di persimpangan padat lalu lintas tersebut.
Sarbunis, koordinator aksi, dalam pernyataan sikapnya menyatakan, 14 tahun silam, tepatnya 16 September 2000 pagi, orang tidak dikenal menembak Prof Safwan Idris, yang saat itu menjabat Rektor IAIN (kini UIN) Ar Raniry, di rumahnya.
“Beliau, sosok ulama moderat, mengembuskan nafas terakhirnya karena ditembak. Hingga kini, pelaku dan motif pembunuhan tidak pernah terungkap,” kata dia.
Menurut dia, pembunuhan Prof Safwan Idris terkesan dihapus begitu saja. Buktinya, kasus penembakan aset bangsa tersebut hingga kini siapa pelaku dan apa motifnya menghabisi tokoh Aceh itu tidak pernah diketahui.
Oleh karena itu, kata dia, massa yang tergabung dalam Aliansi Alumni dan Mahasiswa Syariah (Amarah) UIN Ar Raniry mendesak lembaga penegak hukum mengungkap kasus ini kembali.
“Kami juga mendesak Gubernur Aceh mengeluarkan instruksi kepada kepolisian untuk segera menyelesaikan kasus penembakan yang menewaskan Prof Safwan Idris,” katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya meminta pihak UIN Ar Raniry membangun gedung yang mengabadikan nama Prof Safwan Idris. Apalagi almarhum tokoh cendekiawan Aceh yang pernah ada.
“Pengungkapan kasus pembunuhan ini merupakan wujud nyata dari keadilan. Kami mengajak masyarakat Aceh turut mendoakan Prof Safwan Idris karena peran dan jasanya tak mungkin dibalas,” kata Sarbunis.
Usai menggelar aksi damai di bundaran padat lalu lintas tersebut, mahasiswa yang dikawal polisi membubarkan diri dengan tertib. Aksi tersebut tidak sampai menimbulkan kemacetan lalu lintas.(republika)