Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Pemerintah Kota Banda Aceh terasa sedikit berbeda, disamping tanpa kehadiran Almarhum Mawardy Nurdin, Walikota Banda Aceh yang meninggal meninggal dunia, tapi juga karena kehadiran Ustadz Fadzlan Garamatan, seorang Dai yang khusus didatangkan dari Papua.
Didepan ribuan warga yang memadati halaman Kantor Walikota, Ustad Fadzlan yang juga inisiator dan pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini mampu menghipnotis ribuan warga dan PNS jajaran Pemko yang mendengarkan ceramahnya, meski Ustadz Fadzlan sendiri mengaku sedikit risih dan grogi memberikan ceramah di Bumi Serambi Mekkah, tanahnya para ulama.
“Sebenarnya saya sedikit risih dan grogi tampil berceramah disini, dimana tanah ini adalah tempat lahirnya para ulama. Islam saja disyiarkan dimulai dari bumi Serambi Mekkah ini ke seluruh Nusantara” ujar Ustadz Fadzlan merendah.
Dalam ceramahnya, Ustadz Fadzlan mengatakan Aceh dan Papua memliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan, meskipun sangat berjauhan letaknya. Dia menambahkan jarak itu terasa terabaikan oleh Islam.
Katanya, Kalau Islam di Indonesia itu diibaratkan sebagai sebuah kapal, yang jadi kaptennya adalah Banda Aceh dan yang memegang kemudinya adalah Papua atau yang dulu dikenal dengan Irian jaya.
“Jadi Banda Aceh dan Papua itu tidak bisa dipisahkan meskipun sama-sama berada diujung Indonesia, karena Islam menyatukan kita dan yang membawa Islam ke papua itu adalah ulama-ulama dari Aceh pada masa kerjaan Samudera Pasai” kata sang Ustadz.
Ustadz Fadzlan meyakini, kalau Islam akan menemuai kejayaannya di papua, maka akan semakin mudah mewujudkan kejayaan Islam di seluruh Indonesia.
“Saya meminta Aceh mau membantu dan membimbing kami Papua untuk meraih kejayaan Islam” pinta Ustadz yang telah mengislamkan ratusan ribu warga papua ini.
Pada kesempatan tersebut, Ustadz Fadzlan juga mengucapkan terimakasih kepada Aceh, karena berkat ulama Aceh saat ini semakin banyak rakyat Papua yang memeluk Islam.
Dalam ceramahnya, secara panjang lebar, Ustadz yang bernama lengkap M Zaaf Fadzlan Rabbani Al-Garamatan ini juga bercerita bagaimana kisah perjuangan beratnya mengajak warga pedalaman papua memeluk agama Islam dengan bermodalkan sabun mandi dan pakaian layak pakai. Ustadz Fadzlan bercita-cita ingin mendengar suara adzan berkumandang di seluruh Papua, sehingga mampu membangunkan kaum Muslimin di Indonesia.
“Sangat indah sekali ketika saya mendengar adzan dikumandangkan oleh anak Wamena, dimana dia tidak pernah mengenal Islam sebelumnya, kemudian azan itu saling sahun-menyahut hingga ke Aceh. Kalau Papua yang memulai shalat subuh, maka Aceh yang merasakan shubuh terakhir di Indonesia, indah sekali” ujar Ustadz Fadzlan.
Beliau juga mengaku sangat menikmati perjalanan dakwah di Papua meski tantangan alamnya sangat berat, kultur dan kebiasaan masyarakatnya pun tidak mudah ditaklukkan. Ditambah lagi harus berpacu dengan missionaris, yang selama ini sukses mencitrakan Papua identik dengan Kristen.
Saat ini, Lanjutnya, lebih dari 221 suku di Papua telah di syahadatkan dan 900 mesjid telah tersebar di Papua dan 1400 anak asli Papua telah disekolahkan dengan gratis. “Saya berdakwah terinspirasi dari ulama-ulama Aceh yang terdahulu, dimana dari sinilah kami mengenal Islam yang dibawa ulama Aceh 1014 tahun yang lalu” Ujar Ustadz Fadzlan.