Hampir 90 persen program yang dirumuskan dalam musyawarah rencana (Musrena) aksi perempuan di kota Banda Aceh tidak ditampung oleh pemerintah kota Banda Aceh.
Hal tersebut disampaikan sejumlah aktifis perempuan Banda aceh yang tergabung dalam LSM flower, saat melakukan audiensi dengan DPRK Banda Aceh Kamis pagi.
Wakil ketua DPRK Banda Aceh Razali Mengatakan Musrena harus menghasilakn program-program unggulan seperti masalah kesehatan ibu dan anak atau program peningkatan ekonomi keluarga, selain itu menurutnya program-program Musrena tersebut harus dikomunikasikan dengan setiap anggota dewan di daerah pemilihan masing-masing, sehingga anggaranya bisa dikawal
“kami berharap agar perempuan di Banda Aceh melakukan komunikasi dengan dewan di dapil masing-masing dalam pembahasan musrena, dan programnya harus unggulan agar tidak tumpang tindih”lanjutnya.
Razali mengatakan program musrena haruslah program unggulan sehingga tidak tumpang tindih dengan program Musrembang yang ada.
Razali menegaskan, musrena tidak dibenarkan membahas program-program pembangunan fisik, karena hal itu sudah ada pihak yang bertanggungjawab.
“jadi dana yang diajukan bukan untuk bangun fisik, itu pasti di coret”lanjutnya lagi.
Namun Razali meminta agar kedepan Musrena tetap dilaksanakan, dan komunikasi dengan dewan tetap harus ada.
Sebelumnya Wakil Walikota Banda Aceh illiza Sa’adudin Djamal mengatakan latar belakang Musrena di gelar karena perempuan kota Banda Aceh banyak yang berkiprah dan beraktivitas dalam bidang ekonomi, sosial dan politik memiliki prestasi yang tidak kalah dari kaum pria, namun dalam proses pembangunan kaum perempuan kurang mendapat tempat termasuk dalam proses perencanaan pembangunan itu sendiri.