Perubahan iklim secara Global telah berdampak langsung terhadap produktivitas hasil pertanian di provinsi Aceh.
Selain itu perubahan iklim juga berdampak pada berubahnya pola tanam komoditas pertanian di Aceh.
Kepala dinas pertanian dan tanaman pangan provinsi Aceh Razali mengatakan perubahan iklim juga menyebabkan serangan hama penyakit tanaman, menurutnya ada sejumlah daerah di Aceh bahkan tidak bisa lagi menentukan masa tanam dan masa panen, sehingga dinas pertanian merubah pola pertanian di Aceh.
“jadi waktu tanam, pola tanam kita rubah, kita melihat kita punya dua musim, musim kemarau dan musim hujan, tapi sekarang terjadi perubahan, selain itu juga serangan hama”lanjutnya.
Razali menambahkan selain perubahan iklim global, pembangunan pertanian di Aceh juga memiliki sembilan masalah lainnya, seperti pemanfaatan lahan yang belum maksimal oleh masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana seperti irigasi yang belum memadai, kualitas SDM petugas dan petani yang masih dibawah rata-rata dan alih fungsi lahan sawah menjadi bangunan.
“untuk alih fungsi lahan ini, kita akan bicarakan dengan DPR agar dibuat qanun lahan abadi, sehingga tidak semua lahan berubah jadi bangunan”lanjutnya lagi.
Razali menjelaskan sebelum tsunami lahan sawah di Aceh mencapai 410 ribu hektar, berkurang menjadi 379 ribu hektar pasca tsunami, lahan sawah tersebut terdiri dari sawah irigasi 214 ribu hektar, sawah tadah hujan 122 ribu hektar dan sawah terlantar 42 ribu hektar.