Anggota Komisi E DPR Aceh dari PKS, Tgk. Makhyaruddin Yusuf, mendesak semua pihak ikut bertanggung jawab dan proaktif mencegah meluasnya pergaulan bebas di kalangan pelajar di Aceh. hal itu dikatakan Makhyaruddin, terkait tingginya kasus pelaku seks pra-nikah di kalangan pelajar di Lhokseumawe dan Banda Aceh berdasarkan survey Dinas Kesehatan.
Menurutnya kejadian tersebut cukup memalukan karena label Aceh yang memberlakukan syariat Islam secara kaffah.
“Sangat memalukan di tengah upaya penerapan syariat Islam di Aceh, kasus pergaulan bebas dan seks pra-nikah justru sangat tinggi, semua pihak tidak boleh tinggal diam, terutama keluarga, pemerintah dan masyarakat,” jelas Makhyaruddin.
Ia juga melanjutkan supaya sekolah ikut memantau pergaulan para siswa supaya tidak terjerumus dalam prilaku menyimpang tersebut, kalau perlu tingkatkan pemahaman agama dan pendidikan moral dan wawasan hukum syariat. Demikian juga dengan kampus, supaya dapat memberikan pemahaman yang baik tentang hukum agama.
“Lembaga pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak muda, untuk itu sudah saatnya pendidikan akhlak, etika pergaulan, dan hukum agama ditingkatkan di semua level pendidikan di Aceh,” tambah anggota Dewan yang membidangi pendidikan tersebut.
Ia juga mengingatkan orang tua yang mengirim anaknya untuk kuliah ke kota-kota besar supaya terus memantau pergaulan dan memberi pemahaman tentang bahaya pergaulan bebas, karena selama ini tingkat pergaulan bebas di kalangan anak kos juga sangat mengkhawatirkan.
“Orang tua harus terus memantau perilaku anaknya supaya jangan asal kirim ke kota-kota besar untuk kuliah, tanpa diiringi dengan pembinaan moral, demikian juga dengan masyarakat supaya bersama-sama mengawasi perilaku para remaja,” tambahnya.
Menurut anggota Dewan PKS dari daerah pemilihan Aceh Timur, Langsa, dan Tamiang tersebut, solusi untuk masalah tersebut hanya bisa ditempuh dengan meningkatkan pemahaman agama bagi pelajar dan remaja.
ia juga menambahkan supaya semua elemen di Aceh jangan hanya suka mengkritik syariat Islam, tanpa memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat.
“Kalau syariat Islam di Aceh terus-menerus dikritik, akhirnya tidak sempat berbuat apa-apa, sedangkan pengaruh negatif terus masuk merusak generasi muda, kritik boleh saja asal dilakukan dengan baik dan memberi solusi terhadap masalah yang ada,” pungkasnya.
Tingginya angka pergaulan bebas di Aceh diungkapkan oleh Dr Hj Cut Meurah Yeni Sp OG, dalam seminar bertema, ‘Pengaruh Pergaulan Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi’ yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah (Orwil) Aceh, Kamis (14/2/2013), dengan mengutip hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada tahun 2012 lalu, dimana Lhokseumawe menduduki peringkat pertama terbanyak pelaku seks pra-nikah di kalangan pelajar, yaitu 70 persen, menyusul Banda Aceh sebanyak 50 persen.