KBRI Cairo kembali berhasil melakukan evakuasi terhadap 400 WNI dalam kloter III yang berada di Mesir. Evakuasi dilakukan tidak hanya terhadap masyarakat Indonesia yang berdomisili di Cairo, tetapi juga WNI yang berada di beberapa kota di luar Cairo seperti Zagazig dan Tafahna. Evakuasi terhadap WNI yang berada di luar Cairo sebelumnya juga telah dilakukan terhadap tujuh dokter RI yang sedang konferensi eurologi di kota Mansoura pada selasa (01/02). Hal itu disampaikan Iwan Wijaya, Kepala Fungsi Pensosbud KBRI Cairo melalui situs resmi KBRI di Kairo.
Tim bentukan KBRI juga telah mengevakuasi WNI yang berada di Alexandria sebanyak 24 orang, dan telah berangkat pada penerbangan kedua. Seluruh WNI yang dievakuasi dari Alexandria tersebut adalah mahasiswi yang sedang belajar di Universitas di Alexandria.
“KBRI Cairo sudah menyiapkan data evakuasi untuk pesawat Garuda yang akan datang pada hari minggu (6/2/2011) termasuk yang telah dievakuasi dari luar Cairo,” ungkapnya.
Ketua Posko Mesir Ikatan AlumniTimur Tengah (IKAT), M Fadhilah menyatakan para mahasiswa Aceh di mesir meminta agar Pemerintah Aceh bersedia mengirimkan pesawat khusus untuk memulangkan mereka.
“Kondisi yang kian tidak kondusif membuat para mahasiswa Aceh di Mesir terus meminta dipulangkan. Hal itu juga dipicu oleh menipisnya logistik makanan yang ada di tempat tinggal mereka,”ujar Fadhilah.
Fadhilah menambahkan proses evakuasi WNI di Mesir telah memasuki tahap ketiga yang berjumlah 32 orang, namun masih banyak WNI yang masih berada di Mesir termasuk warga Aceh. Warga Aceh di Mesir saat ini tersisa 248 orang sebagian besar dari mereka terdiri dari laki-laki.
Mengenai adanya keluhan kelambanan dalam proses evakuasi yang dirasakan oleh sebagian pihak, Thomas Ardian Siregar, Sekretaris I Protkons KBRI Cairo, menyatakan hal itu disebabkan oleh ketidaklengkapan dokumen perjalanan para pendaftar.
Sebagian besar paspor para pendaftar telah habis masa berlakunya dan tidak memiliki izin tinggal. Disamping itu banyak para pendaftar yang tidak memiliki paspor bagi anak-anaknya. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan dokumen perjalanan tersebut. (im)