Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih bertahan di Mesir tidak hanya mengalami krisis bahan makanan, namun juga mulai kehabisan uang tunai karena bank dan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) tak bisa dioperasikan. Hal itu dikatakan Muhammad Fadhillah Ketua Posko Responsif dan informasi Mahasiswa Aceh-Mesir saat ditemui wartawan di Banda Aceh.
“Sebagian besar WNI di sini kehabisan uang. Pengumuman bantuan logistik dari KBRI belum kami terima. Kami seperti hidup di tengah kota mati,” ujarnya.
Menurut dia, dalam situasi Mesir yang terus bergolak, para mahasiswa memilih diam di dalam apartemen. Mereka memantau perkembangan di luar melalui siaran televisi.
“Dari pagi hingga malam, kami selalu memantau situasi Mesir melalui TV. Di CNN, BBC atau France 24 dan tersiar kabar bahwa warga Amerika, Israel, Turki, Prancis, Brunei, dan Thailand telah dievakuasi oleh pemerintah masing-masing,” kata dia.
Sementara itu Yusri Noval salah seorang pengurus Ikatan Alumni Timur Tengah Aceh (IKAT) menyatakan ribuan WNI yang sebagian besar adalah mahasiswa ini berharap Pemerintah Indonesia segera mengevakuasi mereka dari Mesir. Sementara proses administrasi evakuasi membutuhkan waktu satu hari.
“Kami mendengar bahwa pemerintah telah mengirim pesawat untuk mengevakuasi WNI, tapi satu persatu. Padahal, kalau satu pesawat hanya mampu menampung 500 orang untuk sekali terbang, berarti membutuhkan sekitar 11 pesawat. Jarak tempuh dari Indonesia ke Mesir membutuhkan waktu 10 jam,” tuturnya.
Sementara Yusri berharap Pemerintah Indonesia menambah jumlah pesawat agar evakuasi ribuan WNI di Mesir dapat segera terselesaikan, sembari mendoakan agar Mesir segera kondusif dan mahasiswa bisa kembali kesana.
“Mestinya sekarang mereka sedang mempersiapkan belajar semester baru, akibat kondisi ini Al-Azhar tutup dan belum memastikan kapan akan membuka kembali,” demikian Yusri Noval.