Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Cabang Banda Aceh, kewalahan menghadapi tingginya permintaan darah dari keluarga pasien. Pasalnya, dalam sehari permintaan darah mencapai 50 hingga 60 kantong, sementara PMI sama sekali tak mampu memenuhi permintaan itu karena tak punya stok darah.
Manager Operasional UTD PMI Banda Aceh, Israwandi mengatakan permintaan darah di waktu-waktu tertentu bisa bertambah hingga mencapai seratusan kantong darah, seperti yang dialami pada Desember 2010 lalu. Untuk kondisi seperti ini, PMI sama sekali tak mampu berbuat apapun.
“Salah satu caranya, jika ada keluarga pasien yang datang meminta darah, maka dilakukan donor langsung oleh keluarga pasien atau kerabat pasien tersebut. Itu pun kalau darahnya sesuai, kalau tidak, ya, PMI tak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya.
Ia menambahkan, PMI Cabang Banda Aceh semakin kewalahan menghadapi permintaan darah sejak diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Sebab, semua pasien JKA yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh dan membutuhkan darah, mereka memintanya ke PMI Banda Aceh.
Sementara itu, sebanyak 50 orang yang tergabung dalam Persatuan Kempo Indonesia (Perkemi) Wilayah Aceh, Selasa (11/01) melakukan donor darah di Lapangan Lhong Raya Banda Aceh Dalam kegiatan sosial itu terkumpul darah sebanyak 15 kantong.
Ketua Panitia Donor Darah F. Razie mengatakan hal itu dilakukan pihaknya sebagai wujud kepedulian kepada masyarakat yang membutuhkan darah saat dirawat di rumah sakit.
“Mudah- mudahan apa yang kami lakukan benar-benar bisa bermanfaat bagi masyarakat saat kesulitan memperoleh darah untuk keluarganya yang dirawat di rumah sakit,”pungkasnya.
Dikatakan, kegiatan ini akan rutin dilaksanakan mengingat banyak masyarakat yang membutuhkan pertolongan darah di saat-saat mendesak.
“Kalau memang kita merasa bisa memberikan sesuatu yang berguna bagi saudara kita, kenapa tidak kita lakukan. Minimal usaha kita ini akan membantu mereka yang membutuhkan bantuan,” demikian Razie. (im)