Daya tampung air sungai – sungai di Aceh semakin mengecil, sehingga dengan hujan sedikit saja akan menyebabkan banjir. Hal itu dikatakan kepala dinas pengairan Aceh, Slamet Eko Porwadi menanggapi terjadinya banjir disejumlah daerah akibat lupan air sungai.
Eko mengatakan untuk menangani hal tersebut akan membutuhkan dana yang cukup besar, ia mencontohkan untuk meluruskan Krueng Aceh saja pada tahun 1994 menghabiskan dana sampai 300 Milyar, apa lagi di Aceh saat ini mempunyai 408 sungai, sehingga pihaknya hanya memperioritaskan sungai – sungai yang mengancam sarana – sarana umum, seperti mengancam jalan dan mengancam masjid.
“Sebagai gambaran Krueng Aceh saja menghabiskan dana hingga 300 Milyar, di Aceh ada 400 sungai lebih, kan gak mungkin kita tangani satu persatu, jadi kita hanya memprioritaskan yang mengancam sarana umum saja, karena kalau penganan secara menyeluruh itu akan menghabiskan dana yang sangat banyak dan itu tidak mungkin,” jelasnya.
Eko menambahkan pembuatan tanggul saat ini hanya untuk keperluan darurat, sedangkan pihaknya hanya memfokuskan pada pembangunan irigasi, atau kuala – kuala yang rusak.
Lebih lanjut Eko menambahkan untuk penanganan bencana seperti banjir tidak menjadi tanggungjawab pihaknya tetapi menjadi tanggunggjawab Badan Penaggulangan Bencana (BNPB) Aceh. (im)