Seratusan Pakar Paparkan Makalah Pada Konferensi Internasional di UIN Ar-Raniry

Seratusan pakar dari berbagai disiplin ilmu paparkan makalah pada Konferensi Internasional yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh.

Konferensi tersebut merupakan gabungan antara Ar-Raniry International Conference on Islamic Studies (ARICIS) II dan International Conference on Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) VII.

Ketua Panitia, Dr. Teuku Zulfikar, disela-sela konferensi, Kamis (9/8/2018) di Auditorium Ali Hasjmy UIN Ar-Raniry mengatakan, konferensi internasional tahun 2018 ini merupakan salah satu kegiatan yang besar dilaksanakan di UIN Ar-Raniry, hal tersebut karena secara kebetulan bergabung dua konferensi, yaitu ARICIN II dan ICAIOS VII.

“Ini merupakan konferensi internasional yang sangat bersejarah, karena dapat digabungkan antara ARICIS yang merupakan konferensi reguler yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali oleh UIN Ar-Raniry, sementara ICAIOS merupakan konferensi internasional yang dibentuk oleh tiga perguruan tinggi di Aceh dan UIN Ar-Raniry juga merupakan salah satu pengelola dari ICAIOS tersebut selain Unsyiah dan Unimal,” ujarnya.

Dikatakan, pada tahun 2018 UIN Ar-Raniry menjadi tuan rumah ICAIOS VII, sehingga konferensi internasional ini digabung dengan ARICIS II, sehingga konferensi ini lebih bergaung kerena bergabung dua konferensi. temanya disesuaikan yakni yang berhubungan dengan sejarah, indentitas, budaya, ekonomi, politik, serta bagaimana melihat dan mempertahankan keislaman. Seminar tersebut bertajuk Islam and Social Justice: Toward Sustainable Peace in Regional and Global Context.

Zulfikar menambahkan, konferensi tersebut berlangsung selama satu minggu dengan berbagai kegiatan di antaranya bedah buku, sementara konferensi dilaksanakn selama dua hari (8-9 Agustus), diikuti oleh presenter dari dalam dan luar negeri. Beberapa peserta datang dari Findlandia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Turki. Sementar dari tingkat nasional hadir dari Malang, Bogor, Jakarta, Pare-pare serta dari beberapa kota di Sumatera.

“Semua presenter berjumlah 105 orang mempresentasikan makalahnya dalam berbagai panel yang telah ditentukan panitia, konferensi ini dibagi beberapa tepologi, pertama presentasi oleh 2 orang keynote speaker, 5 orang invited speaker, 5 orang featured speaker selanjutnya juga ada sejumlah presenter dan invited panel,” kata Dia.

Disebutkan, dua keynote speaker yakni Prof. Anthony Reid, ahli sejarah Aceh dan Asia Tenggara dan Prof. Eko Prasojo, ahli administrasi dari UI Jakarta, hadir juga pemakalah lainnya seperti Prof. Yusny Saby dari UIN Ar-Raniry, Prof. Farid Sufian Shuaib dari International Islamic University Malaysia (IIUM) serta puluhan pemakalah lainnya.

Menurut Zulfikar, secara umum para pemakalah membahas tentang keislaman, politik serta perdamaian, misalnya Anthony Reid dalam papernya menjelaskan tentang peran penting Aceh dalam sejarah Asia Tenggara. Sementara Yusny Saby menekankan pentingnya moderatisme Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menyajikan dasar-dasar Islam Moderat yang bersumber dalam Al-Qur’an, Hadits, dan penafsiran para ulama terdahulu.

Ke depan diharapkan mendapat dukungan yang lebih besar dari pimpinan UIN Ar-Raniry dan akan berlanjut pada tahun selanjutnya. Sebagai konferensi regular yang menjadi program khusus dari UIN Ar-Raniry. Kita juga berharap dukungan penuh dari dosen dan civitas akademika UIN Ar-Raniry, sehingga kajian ilmiah ini dapat berjalan dengan baik.

Yang kita rasakan saat ini para dosen dapat mempresentasikan hasil penelitiannya, kajian dan karyanya pada level internasional dengan biaya yang sangat minimal, selanjutnya UIN Ar-Raniry akan semakin dikenal di dunia pendidikan tingkat nasional.

Selain itu, pada hari terakhir konferensi diisi dengan beberapa kuliah tamu dan panel. Prof. Farid Sufian Shuaib dari International Islamic University Malaysia (IIUM) memaparkan makalahnya yang bertajuk: Using Legal Tools in Achieving Social Justice. Dilanjutkan dengan presentasi dari Johan Weintre dari Australia, Aksin Wijaya dari IAIN Ponorogo, dan Felix Haass dari Jerman. Juga diisi dengan beberapa parallel yang mengetengahkan tentang konflik, Pendidikan, gender, sejarah Islam, dan bantuan sosial keagamaan.

Koordinator Kegiatan, Dr. Anton Widyanto mengatakan, total peserta sebanyak 344 orang, 105 di antaranya merupakan pemakalah dan presenter. Konferensi dibuka secara resmi oleh Plt. Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah di Restoran Pendopo, Selasa 7 Agustus lalu.

“Tujuan konferensi tersebut antara lain untuk menciptakan nuansa akademik di perguruan tinggi khususnya di UIN Ar-Raniry semakin bergairah, mengingat bahwa fokus kita di UIN Ar-Raniry ke depan adalah riset university yang berkaliber internasional, even seperti ini sangat penting, untuk mepeluas wawasan dan jaringan,” kata Anton.

Anton menyatakan, konferensi internasional tersebut nantinya akan melahirkan rekomendasi antara lain bagaimana dapat memperkuat jaringan yang dimiliki perguruan tinggi, memperkuat jaringan penelitian, kerena dengan penelitian yang berkualitas, dan hasil dari materi yang telah ditampilkan pada konferensi tersebut akan dipublikasikan pada jurnal-jurnal terakreditasi di antaranya pada Jurnal UI, Jurnal Islam Futura Ar-Raniry yang juga terakreditasi nasional dan Proceeding Internasional.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads