Etos Kerja dan Korupsi Menjadi Hambatan Investor Masuk ke Aceh

Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan I tahun 2018 sebesar 3,34 persen. Angka tersebut merupakan pertumbuhan terendah ketiga di pulau Sumatera setelah Bangka Belitung dan Riau.

Angka tersebut berada dibawah rata-rata sumatera yaitu sebesar 4,37 persen dan nasional yang mencapai 5,06 persen.

Rendahnya pertumbuhan ekonomi Aceh berdampak pada tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh. saat ini angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh juga masih yang tertinggi di Sumatera.

Upaya pemerintah Aceh untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, misalnya dengan berupaya mengundang investor untuk berinvestasi membuka lapangan pekerjaan di Aceh juga belum terwujud.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Zainal Arifin mengatakan, Aceh akan maju jika indikator ekonomi Aceh kondusif, seperti inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, Kata Zainal yang juga masih menjadi perhatian adalah faktor keamanan, karena jika Aceh masih dianggap tidak aman, maka investor masih khawatir untuk menanamkan modalnya dan keberlangsungan usaha mereka.

“Maka penting untuk mengangkat citra bahwa Aceh ini aman. Saya saja di luar tetap meyakinkan bahwa Aceh ini aman. Saya jelaskan bahwa Aceh seperti ini, syariahnya begini, mungkin bapak baca surat kabar agak menakutkan, tapi faktanya begini,” tambahnya.

Selanjutnya kata Zainal Airifin pemerintah harus konsisten dengan kebijakan-kebijakan yang diterbitkan serta adanya relevansi antara pemerintah provinsi dan kabupaten kota sehingga tidak bersebrangan.

“Jangan sampai hari ini pemerintah buat kebijakan A, pemerintah besok buat kebijakan B, kemudian antara provinsi dengan kabupaten kota jangan bersebrangan,” ujarnya.

Persoalan lainnya kata Zainal adalah soal etos kerja, sehingga membuat pengangguran sangat tinggi di Aceh. Padahal jumlah tenaga kerja di Aceh tinggi namun tenaga kerja yang punya skill dan berkualitas tidak memadai.
“Dulu Aceh ini pernah maju. Kenapa sekarang Aceh tidak maju?, ini persoalan etos kerja,” ujarnya.

Kemudian lanjut Zainal, yang menjadi persoalan Aceh adalah masalah korupsi. Menurutnya perusahaan besar dan investor sebelum menanamkan modalnya juga melihat tingkat korupsi di daerah tersebut.

“Karena itu mempersulit prediksi mereka, bagaimana kelangsungan usaha mereka ke depan di daerah tersebut,” lanjutnya.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads