APBA Telat Cair, Ekonomi Aceh Merosot

Kondisi perekonomian Aceh Triwulan I tahun 2018 dibandingkan dengan Triwulan IV tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 1,16 persen dengan migas dan turun 2,27 persen tanpa migas.

Ekonomi Aceh pada Triwulan I Tahun 2018 dengan migas mengalami pertumbuhan sebesar 3,34 persen dan 3,65 persen tanpa migas.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh wahyuddin menyebutkan penurunan pertumbuhan ekonomi Aceh disebabkan oleh belum berjalannya anggaran yang bersumber dari APBA tahun 2018.

Diakui Wahyudin, hampir setiap tahun kondisi ekonomi Aceh Triwulan I mengalami penurunan dikarenakan ketergantungan berbagai sektor pada anggaran pemerintah. oleh karena itu menurut Wahyudin, untuk menyelesaikan persoalan tersebut harus dilakukan dengan pengesahan anggaran tepat waktu.

“Dampak dari APBA yang belum terealisasi sampai dengan Maret 2018. Kalau anggaran untuk pembangunannya yang juga berpengaruh terhadap ekonomi belum keluar, dan lelang saja baru April. Sementara Januari sampai Maret memang tidak ada sama sekali,” ujarnya.

Pengesahan APBA tepat waktu juga menguntungkan pemerintah Aceh, karena akan mendapatkan Dana Insentif Daerah (DID) dari pemerintah pusat.

Supaya APBA tepat waktu, pihak eksekutif dan legislatif harus besinergi, tanpa memperatahankan ego masing-masing pihak demi masyarakat Aceh.

Menurut Wahyudin, pertumbuhan ekonomi Aceh terjadi pada seluruh lapangan usaha, kecuali pertambangan dan penggalian dan industri pengolahan.

“Kenapa pertambangan?, karena pertambangan ini berpengaruh dengan APBA, kalau APBA belum cair, pembangunan belum ada, sehingga pasir, batu belum dicari,” lanjutnya.

Sementara dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pengadaan air dan pengolahan sampah sebesar 15,08 persen, sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor luar negeri sebesar 7,66 persen.

Wahyudin menjelaskan, struktur ekonomi Aceh menurut lapangan usaha Triwulan I Tahun 2018 tetap di dominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu Pertanian, kehutanan dan perikanan (30,77 persen), perdagangan besar-eceran dan reparasi Mobil-sepeda motor (16,30 persen) dan konstruksi (9,56 persen).

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads